Cah Anyar
Cah Anyar Saiful Maulana Ihsan Siswa SMP. Plus Maulana Malik Ibrahim Bojonegoro Pagi itu, cahaya matahari masuk lembut lewat jendela mushola. Udara dingin sisa subuh masih terasa di ujung sajadah. Guntur duduk bersila di samping Saiful. Dua santri baru yang masih kikuk dengan suasana pondok. “Aku masih belum hafal semua nama tempat di sini,” kata Guntur lirih sambil menatap halaman. Saiful tersenyum, “Santai aja, bro. Semua butuh waktu.” Suara sandal gesek di lantai terdengar. Seorang santri bertubuh tinggi besar melintas, menatap mereka dari ujung mushola. Jayen. Matanya tajam seperti ingin menelanjangi kelemahan orang lain. Ia mendengar percakapan itu, lalu tersenyum miring—senyum yang menandakan sesuatu yang tak baik. “Cah anyar,” gumamnya pelan sambil berlalu. … Bakda dhuhur, ketika semua santri bersiap tidur siang, Guntur berjalan ke dek —tempat menjemur pakaian di belakang asrama. Langkahnya pelan, membawa gayung dan ember kecil. Ia ingin mengambi...